Dec 29, 2006

Ucapan Terindah Dari Seorang Sahabat

Ucapan Terindah Dari Seorang Sahabat

tadi pagi pas buka compi di office, seperti biasa aku langsung buka my "MO" untuk check email...eeeh dah muncul tuh email dari My best friend..ngucapin slamat Ulang tahun.. dia orang ke-2 yang ngucapin met ultah ke aku hari ini setelah my sweet heart :), thanks honey 'n thanks juga friend....,ga terasa dah 27 tahun umur ku..dah cukup bisa dikatakan "Tua" pun belum pantas dibilang "Dewasa". moga dengan pertambahan umur ini kian membuat aku jadi lebih bisa untuk evaluasi diri..

----------------------------------------------------------------------------------
From: Iwan Sugeng [mailto:iwan@*********.com.sg]
Sent: 29 Desember 2006 7:31
To: azhar@**********.com.sg
Cc: wan_genk@gmail.com
Subject: Urgent

HAPPY BIRTHDAY TO YOU...

WISH GOD WILL GRANT ALL YOU WISHES

MORE STRONG IN FACING THIS LIVE

Ur friend

ada puisi bagus juga neeh ga sengaja ketemu di internet..cuman mohon maaf aku dah lupa siapa yang ngarang neeh puisi, btw thanks atas puisinya..bagus banget...

Puisi Ulang Tahun

Ketika matahari terbangun dari tidur,
cahyanya menyapu hangat sekujur tubuh,
semilir angin pagi menyapa lembut,
membawa beribu berkah dari yang kuasa.

Ku dengar kicau kutilang di pepohonan,
Berirama riang menyambut pagi,
Ah...
Begitu besar rahmat-Mu Ya Tuhan.
Begitupun harapan dan sayangku padanya...
Ku harap rahmat-Mu selalu tercurah pada dia,
pada dia yang saat ini berulang tahun....

Dec 12, 2006

Surat dari Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad untuk seluruh warga dunia terutama bangsa AS

Surat dari Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad untuk seluruh warga dunia terutama bangsa AS

sekedar sharing dari blognya mas panca

Menuju Peradaban Baru

Jika bukan karena aktivitas pemerintah Amerika Serikat (AS) di dunia ini dan dampak negatifnya pada bangsa kami, serta sebagian bangsa lainnya, rasanya tidak ada urgensi saya membuat tulisan ini, sebagai sarana sebuah dialog khususnya kepada bangsa Amerika.

Meskipun(Iran dan AS) ditempatkan jauh satu sama lain, nilai dan jiwa kemanusiaan yang menyatakan kejayaan dan keagungan kemanusiaan telah mendekatkan keduanya. Keduanya, adalah bangsa yang bertauhid, menuntut hak dan keadilan serta mencari kejayaan, kehormatan dan kesempurnaan.

Sebagai warga dunia, kita senang menyebarkan nilai-nilai dan sifat-sifat kemanusiaan, seperti rasa kasih sayang, persatuan, menghargai hak orang lain, maupun menuntut hak dan keadilan serta melindungi hak orang yang dizalimi. Kita membenci kegelapan, penipuan, namun mencintai keselamatan dan pencerahan serta kejujuran dan ketulusan.

Kita (Iran, AS dan bangsa-bangsa lainnya) mempunyai keprihatinan yang sama, kita merasa sakit akibat penderitaan dan kekacauan di dunia ini.

Saya kira, bangsa Iran, dunia internasional termasuk bangsa AS sedih atas penderitaan orang Palestina. Agresi zionis terhadap wilayah Palestina terus-menerus menyusahkan penduduk wilayah ini. Zionis mengebom rakyat yang tidak berdosa dan menghancurkan rumah mereka. Zionis menembak para pelajar di jalanan. Tidak ada hari yang mereka tidak melakukan kejahatan.

Keteguhan pemerintah AS dalam menyembunyikan dan menutup-nutupi kejahatan rezim zionis, telah mendorong mereka untuk tetap melakukan kejahatannya dan juga telah mencegah Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk kejahatan kaum zionis. Siapa yang bisa menyangkal tentang keingkaran janji dan besarnya ketidakadilan terhadap kemanusiaan di kawasan yang sedang bergolak itu. Saya kira tidak satupun.

Pemerintahan seharusnya melayani rakyat. Tidak ada masyarakat yang mau berdampingan atau mendukung para penindas. Namun, sangat disayangkan, pemerintahan AS tidak menghiraukan opini publik, dengan tetap berada di garis terdepan dalam mendukung kekuatan yang merugikan rakyat Palestina.

Apa gunanya pemerintah AS mendukung zionis? Sesuatu yang disesalkan dari pemerintahan AS, bahwa kepentingan para penjajah (Zionis) menggantikan kepentingan rakyat Amerika dan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Setelah Palestina, mari kita menengok Irak. Sejak awal kehadiran tentara AS si Irak, ratusan ribu rakyat Irak terbunuh, terluka dan terusir. Terorisme di Irak semakin berkembang secara cepat.Kehadiran tentara AS di Irak, tidak melakukan kegiatan apapun dalam membangun kembali reruntuhan, memperbaiki infrastruktur atau menghilangkan kemiskinan.Kepemilikan senjata pemusnah massal digunakan sebagai justifikasi pemerintah AS dalam menyerang Irak, ternyata terbukti sebagai sebuah kebohongan dan penipuan.Saddam dan kekuasaannya telah digulingkan dan rakyat Irak merasa senang dengan hal itu, tetapi penderitaan dan kepedihan rakyat Irak tetap berlangsung bahkan semakin buruk.Saya berpendapat, sulit untuk dipercaya jika anda, rakyat AS dan warga bangsa lainnya, bisa menyetujui penggunaan miliaran dolar dari anggaran Negara (AS) untuk petualangan militer yang tidak benar tersebut.Sekarang Irak memiliki sebuah konstitusi dan majelis serta pemerintah yang independent, tidakkah akan lebih bermanfaat jika memulangkan para pejabat dan tentara Amerika dan membelanjakan pengeluaran militer Amerika yang demikian besar di Irak untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Amerika sendiri?

Terhadap perang atas terorisme, pemerintahan AS diduga telah menculik para penentang dari berbagai penjuru dunia, dengan sewenang-wenang menahan mereka tanpa proses peradilan atau tanpa pengawasan dunia internasional dalam sebuah penjara.

Pemerintahan AS mencoba untuk menjustifikasi hal tersebut dengan menyerukan ‘perang dan teror’. Tetapi kita semua mengetahui tindakan tersebut, pada kenyataannya menghina opini publik dunia dan hanya akan menambah kekesalan. Pada akhirnya akan menyebabkan tersebarnya aksi terorisme, tindakan tersebut juga menodai citra dan kredibilitas Amerika di mata Negara lain.

Tindakan illegal atas nama perang melawan terorisme tersebut tidak hanya dilakukan di luar batas negaranya.

Pemerintah AS juga telah membatasi kebebasan sosial warga dunia, sehingga makna kebebasan pribadi secara cepat kehilangan maknanya. Peraturan dan hak-hak asasi diabaikan. Telepon di sadap, tersangka secara sewenang-wenang ditangkap, bahkan terkadang dipukuli di jalanan atau ditembak mati.

Secara logika saya berpendapat, kehormatan dan kekuasaan suatu bangsa tidak ditentukan oleh kekuatan tank, pesawat tempur, rudal dan bom nuklir, tetapi penegakkan hak dan empati terhadap kemanusiaan.

Dari yang saya utarakan di atas dan karena pemerintah AS terus menerus menggunakan paksaan, menyembunyikan kebenaran serta mengelabui rakyat Amerika dan dunia terhadap kebijakan maupun implementasinya, saya melihat posisi AS dalam dunia global kemungkinan akan melemah.

Pertanyaan saya adalah sebagai berikut, tidakkah ada pendekatan lebih baik dalam kebijakan internasional? Tidakkah mungkin untuk meletakkan kekayaan dan kekuasaan dalam konteks memperbaiki perdamaian, stabilitas, kemakmuran dan kebahagiaan seluruh warga dunia melalui sebuah komitmen pada keadilan dan penghormatan bagi hak-hak semua bangsa, sebagai ganti agresi dan perang?

Kita semua mengutuk terorisme, karena korbannya adalah orang-orang yang tak berdosa. Namun bisakah terorisme dicegah dan diberantas melalui peperangan, penghancuran dan pembunuhan ratusan ribu orang-orang tak berdosa? Jika hal itu mungkin, lalu mengapa permasalahannya belum terselesaikan.

Pengalaman yang menyedihkan dan penyerbuan ke Irak ada di depan kita semua.Jika sekarang ini baik masyarakat internasional maupun kekuatan dalam negeri rakyat AS sendiri muncul tantangan atas kebijakan internasional Amerika, hal itu sungguh akan mengobati seluruh penderitaan di masa lalu dan mengurangi kemarahan maupun kebencian global terhadap AS.

Namun jika pemerintah AS tidak peduli dengan kritikan tersebut dan tetap mengambil kebijakan yang sama, tidak tertutup kemungkinan rakyat AS juga akan menolak para pemenang pemilihan sela di AS yang menghantarkan kejayaan Partai Demokrat. Karena bagi saya, pemilu yang baru saja digelar di AS itu bukannya merefleksikan sebuah kemenangan, namun sebenarnya menunjukkan kegagalan akan kebijakan-kebijakan pemerintahan saat ini.

Masalah-masalah ini telah diuraikan secara luas di dalam
surat saya kepada Presiden Bush pada awal tahun ini.

Saya berpendapat, satu hal yang harus ditempuh pemerintah AS adalah menjalankan pemerintahan berdasarkan sebuah pendekatan yang sangat berbeda dengan pendekatan kekerasan, kekuatan dan kezaliman. Pendekatan kekuasaan yang secara tulus menjalankan dan memajukan nilai-nilai dasar kemanusiaan serta kejujuran serta kasih sayang. Dengan itu semua, bangsa AS bersama komunitas internasional lainnya akan mampu menyediakan kemakmuran dan kesejahteraan tanpa ketegangan, ancaman, gangguan atau perang.

Menurut saya, satu hal yang dapat dilakukan untuk memimpin dunia adalah menyusun setiap kebijakan ke arah kesempurnaan berdasarkan persatuan, monoteisme, moralitas dan spiritualitas serta mengimplementasikan seluruh ajaran para Nabi utusan Allah.
Pemerintah AS yang berkuasa dan yang kuat seharusnya tidak memilih jalan yang tak dapat di ubah lagi.

Sebagaimana para Nabi mengajarkan kepada kita, kezaliman dan pelanggaran hukum pasti akan runtuh dan lenyap. Saat ini jalan kembali kepada keimanan dan spiritualitas terbuka, tanpa rintangan.

Mari kita semua menuju peradaban baru dengan memperhatikan firman Tuhan dari kitab suci Alquran: “Adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung. Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”. [28:67-68].

Dec 8, 2006

Flock

FLOCK




Barusan pas jalan-jalan nyari article di warnet ketemu ma Flock tertarik tuk nyobain internet browser baru Flock yang cocok banget buat para blogger. Gak hanya browser yang dikasih sama Flock tapi juga editing blog kita bisa langsung di web browsernya. Kayaknya ini pengabungan Mozilla Firefox dan wBloggar

Kisah Nyata

Kisah Nyata

Sekadar forward, kisah ini untuk renungan kita bersama.
Teman2 semoga dari hikmah kisah ini bermanfaat untuk mewujudkan keluarga
sakinah mawaddah warohmah.
Amiin.

Wassalam,


Ketika Derita Mengabadikan Cinta

"Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua
mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan
Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Dikrektur Rumah
Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan..."

Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai Nil, Kairo.

Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di televisi itu.

Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa. Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang kacamatanya, lalu...

Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu'ala Rasulillah, amma ba'du. Sebelumnya saya mohon ma'af , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini perkenankan saya bercerita...,Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan
cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya, mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah lumpurnya.

Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras, melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.

Tiga puluh tahun yang lalu ...
Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan "Pasha" yang terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady dari keluarga aristokrat terkemuka di Ma'adi, ia berpendidikan tinggi, ekonom jebolan Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit politik di negeri ini.

Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau kalangan high class yang sepadan!

Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang didewa-dewakan keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya cari. Saya lebih merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak bisa menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang yang selalu basah keringat dalam mencari pengganjal perut dianggap
memalukan keluarga. Namun saya tidak peduli.

Karena ayah memperoleh warisan yan sangat besar dari kakek, dan ibu mampu mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah dengan selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar negri, ke Paris, Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika berlibur di dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.

Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah. Berkali-kali saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil biasa saja, agar lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen. Tetapi beliau menolak mentah-mentah.

"Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja" tegas ayah. Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati, saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah.

Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah. Seorang gadis yang penuh pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya.

Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa telah menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas. Maka datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang lurus.

Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus. Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting gelas yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak boleh terjadi selamanya!

Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak terkira.

Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang cukur....tukang cukur, ya... sekali lagi tukang cukur! Saya katakan dengan bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak
dilakukan para bangsawan "Pasha". Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter, seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak mengecap bangku pendidikan.

Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500 ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak
direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina, bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha besar? Dengan enteng ayah menjawab. "Karena kamu memilih pasangan hidup dari strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan pacar adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat
keluarga besar Al Ganzouri."

Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina justru difasilitasi.

Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini kebenarannya. Itu saja.

Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, la haula wala quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah untuk mengawinkan putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad menikah dengan saya.

Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga dia menolak karena alasan membela kehormatan.

Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap dan bertanya kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta? Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke kantor ma'dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibku. Kami berikan identitas kami dan kami minta ma'dzun untuk melaksanakan akad
nikah kami secara syari'ah mengikuti mahzab imam Hanafi. Ketika Ma'dzun menuntun saya, "Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu Hanifah."

Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3 sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu. Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir. Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami
membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis membayar ongkos akad nikah di kantor ma'dzun.

Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound, tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!

Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu di jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa berdaya dan hidup menjalari sukma kami.
"Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini. Maafkan Kanda!" "Tidak... Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah
berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil. Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini.

Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru.

Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita kita saat ini," jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan. Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima penghargaan
dan uang sebanyak 40 pound.

Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam.

Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya yang murah.Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengarunginya berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT.

Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang kesayangan mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami.

Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk 3 bulan.

Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari sebuah kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kursi dan satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari tanah, itu saja... tak lebih.

Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.

Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di surga. Jika percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih nikmat dari semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan. Yang paling nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada penghuni surga , saat Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua penghuni surga berhak menikmati indahnya wajah Allah SWT.

Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak memperoleh segala cinta di surga. Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus
mendekatkan diri kepada-Nya.

Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab, dan tiada putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi'ah Adawiyah yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia adalah dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa setelah
membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan. Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kamipun
mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada yang bilang tanpa disengaja,"Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya semua, ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan isterinya."

Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang dokter yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang membantu membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan- pertolongan
mereka.

Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih menyakitkan mereka tidak membiarkan kami hidup tenang.

Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami digedor dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak segala perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan, begitu juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman, "Kalian tak akan hidup tenang, karena berani menentang Tuan Pasha."

Yang mereka maksudkan dengan Tuan "Pasha" adalah ayah saya yang kala itu pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi kapas-kapas yang berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami jahit kasur yang sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku yang berantakan. Meja dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki. Lalu kami tertidur kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah eratnya genggaman inilah
sumber rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan intimidasi hidup ini.

Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah merancang skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan wanita tuna susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di telapak kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah mendengar hal itu.

Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak mengurungkan niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku berhasil memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya agar menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad.

Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku. Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya takutkan, tidak ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai. Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan isteri tercinta.

Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan hamba-hamba- Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah kami. Jadi selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah SWT.

Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu kepada kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia & lepas dari belenggu derita:

Sambil menatap kaki langit
Kukatakan kepadanya
Di sana... di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba
Bukan karna ketiadaan kata-kata
Tapi karena kupu-kupu kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku... besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung

Yah... saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari nestapa dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk program Magister bersama!

"Gila... ide gila!!!" pikirku saat itu. Bagaimana tidak...ini adalah saat paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar Magister dan menjawab logika yang saya tolak:

"Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus sabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita."

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya.

Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll. Nyaris kami hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam hari kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia kami adalah air keran.

Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk beli buku kami ambil untuk pengganjal perut.

Siang hari, jangan tanya... kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu, terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan. Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya mengeluh, menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun dia menangis,
itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah lebih kasihan kepada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah, tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya gelandangan.

Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah kontrakan yang kumuh dan makan ala kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya adalah wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta dengan senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan semua. Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini.

"Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang..." bisiknya mesra sambil tersenyum.
Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara.

Allah Maha Penyayang, usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelar Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun, kami belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun kami masih hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami.

Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras, kami berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah, merasakan kembali tidur di kasur empuk dan kembali mengenal masakan lezat.

Dua tahun setelah itu, kami dapat membeli villa berlantai dua di Heliopolis, Kairo. Sebenarnya, saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang layak. tetapi istriku memang 'edan'. Ia kembali mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit saya tolak:

"Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui, dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di London. Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan."

Kucium kening istriku, dan bismillah... kami berangkat ke London. Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berhasil menggondol gelar Doktor dari London. Saya spesialis syaraf dan istri saya spesialis jantung.

Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, kami meneken kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai direktur rumah sakit, dan istri saya sebagai wakilnya! Kami juga mengajar di Universitas.

Kami pun dikaruniai seorang putri yang cantik dan cerdas. Saya namai dia dengan nama istri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan.

Lima tahun setelah itu, kami pindah kembali ke Kairo setelah sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana raja dan permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup menderita, melarat dan sengsara.

Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami kepada Allah swt dan bertambahlan rasa cinta kami.

Ini kisah nyata yang saya sampaikan sebagai nasehat hidup. Jika hadirin sekalian ingin tahu istri saleha yang saya cintai dan mencurahkan cintanya dengan tulus, tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru yang menunduk di barisan depan kaum ibu, tepat di sebelah kiri artis berjilbab Huda Sulthan. Dialah istri saya tercinta yang mengajarkan bahwa penderitaan bisa mengekalkan cinta. Dialah Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz..."

Tepuk tangan bergemuruh mengiringi gerak kamera video menyorot sosok perempuan separoh baya yang tampak anggun dengan jilbab biru. Perempuan itu tengah mengusap kucuran air matanya. Kamera juga merekam mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai, dan segenap hadirin yang menghayati cerita ini dengan seksama.

Dec 7, 2006

Pengalaman ditilang Polisi di Uban Part 2

Pengalaman ditilang Polisi di Uban Part 2

Pada praktek proses tilang, banyak polisi mengharapkan berdamai, baik secara halus maupun terang-terangan (minta dibantu).

Ada beberapa cara untuk menghadapinya.
Menolak Berdamai dengan Dasar Hukum

Kalo lu ditilang di jalan sebenernya ada dua pilihan, form biru dan form
merah.

1. Form biru adalah kalo lu terima kesalahan lu (artinya lu gak perlu Berdebat AMA hakim).
* Dgn form ini lu bayar dendanya di BRI yg ditunjuk.
* Abis Bayar denda resmi ke BRI, ambil SIM ato STNK yg disita ke kantor Ditlantas POLDA Metro di Pancoran, gedung baru, sebelum Gelael arah Cawang. Disini Ada ruang khusus loket Tilang, ruang tunggu nyaman Ber-AC, dengan hiburan SateliteTV (norak ya gue)
2. Form merah artinya lu gak terima kesalahan lu, dan dikasi kesempatan Untuk berdebat ato minta keringanan AMA hakim. Biasanya tanggal sidang adalah maksimum 14 Hari dari tanggal kejadian, tergantung Hari sidang Tilang di PN (Pengadilan Negeri) bersangkutan.
* Oleh polisi, barang sitaan (SIM or STNK) akan disetor Ke kantor
* Ditlantas pancoran itu sampai dengan H-1 tanggal sidang.
* Jadi selama masih di pancoran SIM/STNK itu bisa ditebus tanpa sidang ke PN, cukup ke loket yg gue sebutin tadi, serahin form merah, bayar dendanya, SIM/STNK balik dengan sukses.
* H-1 tgl sidang Dan seterusnya, SIM/STNK udah dikirim ke pengadilan sesuai daerah perkara, jadi kudu ditebus di PN masing2

Menghadiri Sidang banyak alternatif untuk menyelesaikan via calo, tetapi biasanya akan lebih mahal daripada kalau menyelesaikan sendiri:

1. Sepanjang jalan menuju pengadilan, +- 50-100 m sebelum pengadilan banyak terdapat ‘Calo’ jasa pengurus tilang yang sebenarnya tidak memiliki pengaruh atau efek apapun terhadap pengurusan surat yang ditilang apalagi kemudahannya. Keberadaan mereka ‘Calo’ jangan ditanggapi dan dihargai sama sekali! Karena mereka gampang ngelunjak, emosi dan marah.
2. Setibanya di PN, begitu parkir udah dikerubuti calo. Parkir kendaraan didalam bangunan pengadilan, ambil tiket parkir pada petugas. Jangan parkir depan tepat dibagian luar pagar pengadilan yg banyak ‘Calo’ juga tukang parkir ‘Preman’ yg memaksa dan berkata “ya.. yak..parkir disini.. Disini.. Didalam
tidak bisa!” itu Bohong! mereka menggangu.
3. Selepas resepsionis tetep aja masih dideketin calo. Kali ini berseragam ijo PN. kata calonya “ibu tunggu aja disini, Rp65.600,- aja. cepet kok selesainya”.
4. Setelah ditunjukkan ruangan sidangnya, tunggu hakim datang lalu satu2, akan dibacakan nama dan kasusnya hakim langsung akan memberikan putusan soal besarnya denda pembelaan diri bisa dilakukan kalau perlu pembayaran langsung dilakukan di ruang sidang dan stnk yg ditahan juga langsung dikembalikan saat itu
5. Selepas sidang ada loket buat ambil sim. Bayar disitu untuk ambil sim. dibilang biayanya rp50.600,- jangan percaya.
1. Langsung gue sodorin surat tilang ke salah satu petugas sambil ngomong “saya mau ambil berkas ini.”
2. Sang petugas memeriksa surat tilang gue dan langsung mencari berkas gue ditumpukan yang tepat, dan dalam waktu singkat menemukan berkas yang dicari.
3. Langsung sim diambil dari berkas itu dan diserahkan ke gue sambil ngomong 45 ribu. Gue kasih 50 ribuan dan dikembalikan 10 rb.
6. Cek tabel denda untuk tahu denda yang benar
7. Kalau tidak ada tabel denda, tawar aja atau minta dibuletin.

Tidak Menghadiri Sidang

1. Kalo pengen hadir sidang, dateng sesuai tanggal sidang yang tertera Di surat Tilang ke PN yg ditunjuk. Tapi ini gak gue saranin. Kenapa ? Karena antreannya luarbiasa banyak, Kita gak punya kesempatan bertemu Hakim, karena sidangnya sebenarnya IN ABSENTIA, Dan banyak banget CALO Yg nawarin bantuan. Mending enggak deh
2. Lebih baik cuekin aja tanggal sidang, ambil SIM/STNK terserah elu di Hari lain, hindari Hari sidang tilang biar gak rame, terus langsung tuju Loket khusus Tilang yang Ada di masing2 PN.
3. Tunjukin form merahnya, Dalam 5 menit SIM/STNK udah di tangan elu dengan bayar denda resmi.
4. Sebelumnya cermati berapa denda resminya, biar gak dilebih2in AMA Petugasnya. Contoh nih, gue tahu Denda masuk jalur cepat (gue naik motor) Rp.15000, petugasnya bilang Rp.25600, dikasi angka 600 seolah2 itu perhitungan rumus2 njelimet, Padahal akal2an aja biar Ada yg masuk kantong dia. Gue kasi uang bulet 15.000 dia diem aja kok..hehe

Intinya:

* jangan takut kalo kena tilang.
* jangan sekali2 damai AMA polisi di Jalanan, tilang mah tilang aja,
* jangan percaya kalau ditakut2i polisi soal denda 1jt.
* jangan pernah mau kalau polisi nyuruh ambil sim di kantor, kayaknya cuma bakal ada cerita tawar-menawar disana.
* jangan percaya kalau polisi bilang sidangnya jam 10. (soalnya loketnya udah buka dari pagi)
* mengenai sidang:
o jangan takut ikut sidang tilang.
+ (sidangnya sendiri non-existance)
+ Pengadilan itu malah lucu
+ Makan di pengadilan mahal
+ Banyak supporter gadungan..gak usah takut (teman2x terdakwa)
o gak usah sidang kalo gak pengen bete, cuekin calo2 yg nawarin bantuan
* jangan mau pake calo.
* bayar Denda sesuai tarif resmi.
* kalau mau iseng, coba tawar. jangan percaya sama pecahan 600perak dst. itu buat memberi kesan bahwa dendanya uang pas. bahkan harusnya sih kalo gak salah cuma 35rb.
* buat yang dateng telat lalu kaget karena “sidangnya sudah selesai” biasanya akan mendapat “tawaran bantuan” dari pegawai situ, yang katanya “bisa membantu menyelesaikan”. padahal sebenernya kita bisa menyelesaikan sendiri

Menolak Berdamai dengan Nepotisme

* Saat tawaran damai muncul, tantanglah polisi untuk memberikan data-data dirinya yang lengkap, yaitu nama, kesatuan, resor, dsb.
* Ambil telepon genggam dan katakan bahwa anda akan menelepon pejabat tinggi kepolisian yang kebetulan adalah paman anda
* Seharusnya si polisi pada titik ini sudah ketakutan, dan anda dapat melanjutkan dengan prosedur resmi di atas

Menolak Ajakan Damai Polisi part 1

Pengalaman di Tilang Polisi di Uban part 1

Menolak Ajakan Damai Polisi

hari sabtu tanggal 2 Desember 2006 kemaren apes banget, pas lagi santai-santai jalan mo nyari bubur ayam buat sarapan ketangkep plokist yang lagi razia. gara-garanya aku telat pake helm udah keburu ketauan sama pak plokistnya, jadi deh keluar tuh surat warna merah yg kudu aku tanda tangani untuk menghadiri sidang di pengadilan negeri TP pada tanggal 10 Januari 2007 nanti. "Pak mang kudu ke TP ya buat sidangnya?" tanyaku."Iya" katanya singkat. terus sambil berbisik plokistnya bilang " adek juga bisa selesain disini koq.., nanti datang aja ke kantor bawa surat tilangnya".

Jadi deh tuh SIM kesayanganku di tahan ma mereka..sambil ngedumel dalam hati kuterusin nyari bubur ayamnya..sembari makan pikiranku nerawang kemana-mana, cari cara gimana biar bisa rebut kembali tuh SIM.

Pas mo balik ketemu ma kawan dirumahnya yang kebetulan satu arah dengan jalan aku balik..langsung deh cerita ma dia tentang kejadian tadi..terus spontan dia langsung telepn temennya yang di polres. dia bilang suruh kesana (markas .red) untuk ngurusin tuh sim. habis nganterin nyonya ke dorm, langsung deh aku balik lagi ke kantor plokist sama teman yg tadi.(bersambung)

Membasmi Virus dari YM (Worm Sohand)

Membasmi Virus dari YM (Worm Sohand)

article ini aku ambil dari blognya kang muhamad fadillah

Remove Virus di Yahoo Messanger
* damn, she is so cute http://nsl-school.org?id=miss_world
* oh my god , i've won a 20000 usd lottery http://nsl-school.org/?id=winning_list . Come to my house tonight for a party !!
* Just check out my new personal website : http://mytermex.com c0ol !!!
* check this link for me : http://nsl-school.org?id=forum . Why I cannot surf this site ???

ini adalah link-link yg menyebarkan virus ke komputer kita.Saya dan beberapa rekan sering menerima link-link seperti ini dari teman yg sudah terinfeksi virus ini di Yahoo Messanger.

Beberapa langkah manual yg mungkin bisa membantu me-remove virus ini :

1. Tutup semua web browser dan putuskan hubungan ke internet
2. Aktifkan regedit (biasanya di disable virus ini) cara mengaktifkannya :
Start > Run > ketik REG add HKCU\Software\Microsoft\Window... /v DisableRegistryTools /t REG_DWORD /d 0 /f
3. Aktifkan juga task manager yg nantinya jg akan berfungsi untuk meng-kill process. Cara mengaktifkannya:
Start > Run > Ketik REG add HKCU\Software\Microsoft\Window... /v DisableTaskMgr /t REG_DWORD /d 0 /f
4. Setelah regedit berfungsi , Start > Run > Regedit kemudian ubah registry yg berhubungan dengan IE Browser yg sudah mendefault halaman web menjadi situs2 porno.berikut keynya:
HKEY_CURRENT_USER\SOFTWARE\Mic... Explorer\Main

HKEY_ LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microso... Explorer\Main

HKEY_USERS\Default\Software\Mi... Explorer\Main

ganti dengan situs lain seperti yahoo.com ato biarkan blank page
5. Tekan CTRL+ALT+DEL kill process/end task svchost32.exe svchost.exe(cek benar-benar proses kill file ini)
6. delete svhost32.exe , svhost.exe di direktori Windows/ & temp/
7. Masuk ke regedit dan hapus semua key yg berhubungan dengan svhost (di Find/Search)
8. Restart Komputer

atau bisa juga pake cara ini..

1. Download the file http://www.fundazone.com/antivirus/registry/registry-enable-regedit.reg
2. Double click the .reg file and click yes when it asks whether you want to merge the file to the registry. This will enable the regedit and task manager tools and restore your home page and other settings.
3. Then restart the computer
4. After restarting Press Ctrl + Alt + Del . Click Processes.
End the process svhost32.exe . ( may be more than one process is running )
5. Start> Search > Files and folders. Search for svhost32.exe , svhost.exe and enet.exe
6. Delete the files found.
7. Restart for good luck.